Dasar-Dasar
Ilmu Tanah
DISUSUN
OLEH :
NAMA : MUHAMMAD ARIS
NIM : G111 12 333
KELOMPOK : 11 (SEBELAS)
ASISTEN : LAURA ANGGRAENI
LABORATORIUM
FISIKA TANAH
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagian besar air yang diperlukan
oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan
memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air memerlukan
air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lainnya.
Air
merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan untuk semua
kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus - menerus
sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata - ratanya 26 inci (650 mm) untuk
permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah
bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat tercemar.
Dalam
pengolahan tanah, air juga berfungsi mempermudah pengolahan tanah,
mengendalikan perubahan suhu, dan bila menggenang (pada sistem sawah) dapat
menghambat pertumbuhan gulma.
Reaksi–reaksi
kimia dalam tanah hanya berlangsung bila terdapat air. Pelepasan unsur–unsur
hara dari mineral primer terutama juga karena pengaruh air, yang kemudian
mengangkutnya ke tempat lain (pencucian unsur hara). Sebaliknya kemampuan air
menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-garam
beracun yang berlebihan dalam tanah.
Air
mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan
mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut
bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak
hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia,
hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi
tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang
berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman
memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu diadakan praktikum pengamatan Kadar Air dalam langkah
awal penelitian dan pengamatan, karena kita ingin mengatahui kandungan air pada
suatu jenis tanah.
1.2.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum Kadar Air tanah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kadar
air yang dapat ditampung oleh tanah Inceptisol beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum Kadar Air tanah adalah sebagai bahan pertimbangan selanjutnya dan untuk menambah pengetahuan tentang
kadar airdan kaitannya dengan usaha mengelolah tanah pertanian.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Kadar Air
Kadar air tanah Alfiosol dapat
dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume
tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang
ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar
air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven
pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang
hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah
tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang
terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak
melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan
berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air
jenuh.Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga
horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal
(Hakim, dkk, 1986).
Koefisien
air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air
tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :
a. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu
kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
b. Kapasitas lapang adalah
kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga
tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
c. Koefisien layu (titik layu permanen)
adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang
kebutuhan tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
d. Koefisien Higroskopis adalah kondisi
di mana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah(Hardjowigeno, S.,
1993).
2.2.Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Jumlah Air Dalam Tanah
2.2.1.
Tekstur
Tanah
Tekstur
tanah, kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir, misalnya pada
tegangan 1/3 atm (kapasitas lapang), kadar air tanah pada masing-masingnya
adalah sekitar 55%, 40%, dan 15% (Hanafiah, 2009).
2.2.2.
Bahan
Organik
Kadar
bahan organik tanah (BOT), bahan organik tanah mempunyai pori-pori mikro yang
jauh lebih banyak ketimbang partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan
penjerap (kapasitas simpan) air lebih tinggi atau banyak, sehingga makin tinggi
kadar BOT akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah (Hanafiah, 2009).
2.2.3.
Senyawa
Kimiawi
Senyawa
kimiawi adalah garam-garam dan senyawa-pupuk baik alamiah maupun non alamiah
mempunyai gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air, sehingga
koefisien layu meningkat. Kosekuensinya, makin banyak senyawa kimiawi dalam
tanah akan menyebabkan kadar dan ketersediaan air da;lam tanah menurun (Hanafiah, 2009).
2.2.4.
Kedalaman
Solum/Lapisan
Kedalaman
solum/lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, makindalam makin besar,
sehingga kadar dan ketersediaan air juga makin banyak (Hanafiah, 2009).
2.2.5.
Iklim
Faktor iklim
dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim yang
berpengaruh meliputi: curah hujan, temperatur, dan kecepatan angin. Faktor
tanaman yang berpengaruh meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi
terhadap kekeringan, serta tingkat dan stadia pertumbuhan(Hanafiah, 2009).
2.3.Hubungan Kadar Air dan Porositas
Ketersediaan
air bagi tanaman bertujuan agar tanaman mendapatkan unsur hara yang cukup
dimana air mengangkut unsur hara melalui batang dan untuk melancarakan tugas air tersebut sangat
berkaitan dengan porositas karena ukuran pori-pori pada tanah yang normaldapat
mempermudah pengangkutan unsur hara, jika pori-pori tanah mengecil atau
porositas mengurang maka akan menghambat pengangkutan unsur hara dan akibatnya
tanaman akan tumbuh tidak normal (Hanafiah, 2009).
III.
METODOLOGI
3.1.Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 06Nopember 2012 pukul 13.00 WITA-16.00WITA. Kadar air gravimetrikbertempat
di
Laboratorium Fisika Tanah Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin dan kadar air kapasitas lapang dilaksanakan disamping Greenhouse.
3.2.Alat Dan Bahan
Adapun
alat yang
digunakan
dalam penelitian kadar airyaitu: Desikator,cangkul,
ember, timbangan, oven dan cawan
petridis.
Adapun
bahan yang
digunakan,yaitu:sampel
tanah,kantong mayat,air, tissu rol, kertas label.
3.3.Prosedur Kerja
3.3.1.
Gravimetri
Adapun prosedur kerja pada
percobaankadar air Gravimetri, yaitu:
1. Menimbang cawan
petridish, kemudian menambahkan 20 gram tanah kering udara
2. Mengeringkan di
dalam oven suhu 1050C selama 2 x 24 jam;
3. Mengeluarkan
cawan petridish dan tanah dari oven, mendinginkan dalam desikator kemudian
menimbang cawan petridish bersama tanah.
4. Menghitung dengan menggunakan rumus
:
Berat
cawng petridis = a gram
Berat
cawang petridis + tanah kering udara = b gram
Berat
cawang petridis + tanah kering oven = c gram
Berat
tanah kering udara = (b-a)
Berat
tanah kering oven = (c-a)
Berat
air yang hilang = (b-c)
Kandungan air tanah = (b-a)-(c-a)
x100%
(c-a)
3.3.2.
Kapasitas
Lapang
Adapun prosedur kerja padakadar air
kapasitas lapang, yaitu :
1. Menentukan tempat/lokasi yang datar
dan dekat dengan sumber air.
2.
Membersihkan tempat tersebut dari rerumputan.
3.
Membuat bedengan dengan ukuran 1 x 1 meter.
4.
Setelah bedengan dibuat cukup tinggi, padatkan bedengan
tersebut untuk mencegah air merembes.
5.
Menyiapkan air + 200 liter dan
menumpahkan pada bedengan secara bersamaan sampai tanah tersebut jenuh air.
6.
Menutup bedengan dengan menggunakan plastik. Memastikan
bahwa seluruh bedengan tertutup rapat.
7.
Menutup permukaan plastik dengan rumput lalu bdiamkan selama
1 x 24 jam.
8.
Setelah didiamkan selama 1 x 24 jam, membuka plastik
yang menutupi pot kemudian menyungkil tanahnya.
9.
Menimbang tanah yang telah dicungkil (nilai tersebut sebagai
berat basah) kemudian mengovenkan selama 1 x 24 jam.
10. Setelah di ovenkan, menimbang
tanahnya (nilai tersebut sebagai berat kering).
11. Menghitung kadar air kapasitas
lapang dengan menggunakan rumus :
Kadar air kapasitas lapang =berat tanah
basah – berat tanah kering oven
berat tanah kering oven
12.
Melakukan analisis partikel untuk mengetahui persen liat
pada tanah lalu menghitung kadar air pada titik layu permanen dengan
menggunakan rumus:
Kadar air TLP = (0,649 + 0,3538 x %
liat)
100
13.
Menghitung air tersedia dengan menggunakan rumus:
Air
Tersedia = Kadar air kapasitas lapang – kadar air TLP
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan praktikum yang dilakukan
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3 : Hasil Perhitungan Kadar Air Gravimetrik
Parameter Pengamatan
|
% Kadar Air
|
Lapisan I
|
4,17 %
|
Lapisan II
|
5,27%
|
Sumber : Data Primer Setelah Diolah,
2012
Tabel 4 : Hasil Perhitungan Kadar Air Kapasitas Lapang
Parameter Pengamatan
|
Kadar Air
|
Lapisan I
|
0,28
|
Sumber : Data Primer Setelah Diolah,
2012
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan maka diperoleh hasil yaitu tanah lapisan I memiliki nilai kadar air
sebesar 4,17% dan tanah lapisan II memiliki nilai kadar air sebesar 5,27%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai kadar air kedua lapisan tersebut sangat
rendah. Hal ini disebabkan karena tanah lapisan I dan II adalah tekstur
pasir/kasar sehingga kemampuan mengikat air rendah. Tanah bertekstur pasir,
butit-butirnya berukuran lebih besar maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menahan air. Tanah bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.
Adapun
kapasitas lapang kedua lapisan yang
diperoleh pada pengamatan ini adalah 0,28.Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim(1986) menyatakan
bahwa makin banyak senyawa kimia, maka rendah kadar air tanah, makin dalam
keadaan solum maka semakin besar kadar airnya, dan faktor iklim juga sangat
berpengaruh terhadap penentuan kadar air meliputi suhu dan air.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah air dalam tanah yaitu tekstur tanah, bahan
organikmempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak ketimbang partikel
mineral tanah, senyawa kimiawiadalah garam-garam dan senyawa-pupuk baik alamiah
maupun non alamiah, kedalaman solum/lapisan, faktor iklim dan tanamanmenentukan
kadar dan ketersediaan air tanah (Hanafiah,
2009).
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang diperoleh pada praktikum ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil
perhitungan kadar air padaGravimetrikpada lapisan I sebesar 4,17 %.
2. Hasil
perhitungan kadar air padaGravimetrikpada lapisan II sebesar 5,27 %.
3. Hasil perhitungan kadar air Kapasitas
Lapangpada lapisan I dan II sebesar0,28%.
4.
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah air dalam tanah yaitu tekstur tanah, bahan
organikmempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak ketimbang partikel
mineral tanah, senyawa kimiawiadalah garam-garam dan senyawa-pupuk baik alamiah
maupun non alamiah, kedalaman solum/lapisan, faktor iklim dan tanamanmenentukan
kadar dan ketersediaan air tanah.
5.2 Saran
Sebaiknya lahan yang sangat rendah kadar airnyaharus
diberikan irigasi sehingga kadar
airnya dapat normal untuk dimanfaatkan menanam tanaman yang dapat
memberikan keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D., 1998. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,, Yogyakarta.
Hakim,
Nurhajati., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, M. Rusdi Saul, M. Amin Diha, Sutopo
Gani Nugroho, Go Ban Hong, dan H. H. Bailey., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno, Sarwono H., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademik Pressindo,
Jakarta.
Hardjowigeno,
Sarwono H., 2007. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo, Jakarta.
Pairunan, Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir,
Romualdus Tangkaisari, J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi., 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur Makassar.
LAMPIRAN
Perhitungan
Kadar Air Tanah Lapisan I
Diketahui : Berat cawan
petridish =
36,4 gram
Berat tanah kering udara = 20 gram
Berat cawan petridish +
berat tanah kering oven = 55,6 gram
Berat tanah kering oven = 19,2
gram
Kadar air =
=
x 100%
=
=
4,17 %
Perhitungan Kadar Air Tanah Lapisan II
Diketahui : Berat cawan
petridish =
36,4 gram
Berat tanah kering udara = 20 gram
Berat cawan petridish +
berat tanah kering oven = 55,6 gram
Berat tanah kering oven = 19
gram
Kadar air =
=
x 100%
=
=
5,27 %
Kadar Air
Kapasitas Lapang
Berat tanah basah = 22 gram
Berat tanah kering oven = 17,2 gram
Kadar air kapasitas lapang =
=
=
0,28
0 komentar:
Posting Komentar